Malam itu yang kulihat hanya kelabu.
Kabut lembab memenuhi taman itu.
Entah apa yang membawaku kemari
Aku mulai menyusuri jalan setapak
Langkah demi langkah mulai kulalui
Hingga lamat-lamat ku melihat ada bangku taman di ujung sana.
Mulai lagi ku terjang kabut yang menyelimuti.
Hawa semakin dingin,
Nampaknya hanya aku sendiri di taman ini.
Dingin, pekat, mencekam.
Tiga kata yang mampu mendeskripsikan taman ini, juga mendeskripsikan seseorang.
Seseorang yang ternyata duduk di taman itu.
Sungguh, dia bukan hantu atau roh halus lainnya.
Tapi aku juga tidak yakin bahwa dia manusia.
Kakinya menapak ke tanah, namun rambutnya kusut masai.
Penampilannya semrawut dan pandangannya kosong.
Air mata setengah kering terlihat jelas di pipinya.
Entah apa yang dilakukan orang itu malam-malam begini.
Semakin ku dekati, ternyata dia seorang gadis.
Ku coba menepuk pundaknya, namun aku merasa bahwa tanganku tak bisa menyentuhnya, apalagi menggapainya.
Jadi aku hanya memandangnya dari jarak yang tak terlalu jauh ini.
Entah berapa lama aku berdiri disini memandangi gadis itu.
Hingga ku dengar ia berbicara dengan lirih dan mulai meneteskan air mata lagi.
Tahu tidak apa yang dia bicarakan?
"Tolong tetap disini, jangan pergi. Tak ingatkah kau pertama kali kita bertemu saat kau menjemputku di depan taman ini?"
Ku lihat air matanya kembali mengalir dengan deras.
Aku bertanya-tanya siapa yang dia maksudkan, hingga dia berkata lagi,
"Di manakah kau saat ini? Sadarkah setiap hari aku menunggumu disini, berharap kau menjemputku dan membawaku pulang ke rumah hangat itu?"
Tak kuasa ku melihat air mukanya.
Ingin rasanya bertanya dimana gadis itu tinggal, dan mengantarnya pulang.
Saat ku coba melangkah, langkahku terhenti karena gadis itu berkata lagi,
"Namun ya, aku lupa. Dimana aku harus pulang, jika kaulah satu-satunya rumah bagiku? Aku ingin pulang. Hanya ingin pulang padamu dan bersamamu."
Mendengar kata-kata gadis itu, aku melangkah mundur, ku coba membalikkan badan dan mulai berlari, sungguh, aku tak kuasa menahan air mata.
Aku terantuk batu.
Aku mulai kesakitan
Aku semakin menangis
dan aku mencoba untuk bangun
Bangun.
Bangun dari tidurku
Mulai menyadari semuanya,
dan dengan air mata yang juga terasa hangat mengalir di pipi.
Gadis itu AKU. AKU.