Friday, June 19, 2015

UNINTENDED

Sebuah ketidaksengajaan yang indah.
Gadis itu menulis surat dan berharap surat itu akan sampai kepada si penerima.
839.000 meter jauhnya.
Gadis itu berjuang untuk sebuah pertemuan suatu saat nanti.

                   Teman.
                   Yang jauh disana itu, hanya teman.
                   Hanya teman, tak lebih dari itu.
                   Tapi gadis ini selalu merindukan hadirnya.

Teman.
Sebuah kata indah yang mempertemukan mereka dalam ketidaksengajaan.
Teman.
Sebuah kata yang menyakitkan pula.
Sebuah batas yang menghalangi bersatunya hati gadis itu dengan yang jauh disana.

                    Teman.
Hanya itukah?
Adalah suatu omong kosong belaka bila seorang anak laki-laki dan perempuan yang berteman tidak memiliki rasa.
Rasa.
Sebuah rasa yang terus menerus mereka sangkal.

Bolehkah gadis ini bermimpi akan hadirnya?
Pantaskah gadis ini berharap akan belaian lembut anak laki-laki itu pada rambutnya?
Haruskah gadis ini terus berharap untuk memilikinya?
Tak adakah cara lain untuk membuat mereka bertemu walaupun hanya sejenak?

                   Gadis ini terus menyangkal dan menyakiti dirinya sendiri.
                   Masih berkutat dengan pena dan kertas sambil tersenyum.
                   Senyum yang entah kapan pasti akan memudar.
                   Karena terus berharap pada sosok maya.

Demi menyelamatkan gadis itu dari kesakitan,
Anak laki-laki itu tak bisa memberi banyak.
Anak laki-laki itu tak bisa memenuhi mimpi-mimpi gadis itu.
Tak sanggup pula ia menyusuri jajaran langit biru itu, hanya demi sebuah pertemuan.

Satu hal yang mereka masing-masing tahu,
Sebuah rasa telah muncul di benak mereka,
Namun mereka lebih memilih menyangkal dan memendam;

Menyakiti diri sendiri.

Thursday, June 18, 2015

Live in Strange

Aku terbangun dan membuka jendela.
Sinar mentari masuk memenuhi ruanganku,
Tapi ini matahari lain.
Terbit di barat dan hilang di timur.

                        Aku memberanikan diri untuk keluar rumah
                        Berharap menghirup udara yang sama
                        Tapi ini udara lain.
                        Berhembus tak tentu arah, dan membuat dada sesak.

Aku menginjakkan kaki di padang rumput.
Berharap bisa merasakan embun pagi
Tapi ini rumput lain di atas tanah yang lain.
Tajam menusuk kaki, kering menyayat kulit.

                        Aku berlari mengikuti aliran sungai.
                        Berharap sampai ke hilir menemukan kehidupan.
                        Tapi ini sungai lain.
                        Bergerak dari hilir ke hulu.

Ini dunia lain.
Ini kehidupan lain.
Asing. Sungguh.
Semua manusia bersikap lain
Tak ada lagi sebuah ketulusan diantara mereka.
Hanya adu mulut dan sakit hati yang mencuat ke luar.

                        Laut menjadi tawar.
                        Bintang tak lagi menampakkan wajahnya.
                        Debur ombak tak lagi berseteru.
                        Burung-burung membisu.

Kosong.
Aku hidup disini.
Dengan harapan kosong
Dengan tujuan tak tentu arah.
Dengan senyuman pahit.

                        Tak ada lagi cinta, canda, cita-cita
                        Anak kecilpun tak menunjukkan gigi geliginya lagi.
                        Sendiri, sepi, hampa, sakit, pahit, kosong.
                        Ku harap ini hanya mimpi.     


YANG TERDALAM

Gadis itu sekarang hanya menatap nanar jendela dengan pemandangan diluarnya.
Sebulir air bening jatuh dari matanya.
Dengan segera ia mengusap dengan tangannya dan kembali tersenyum.
Senyum yang terlalu dipaksakan.

Dia sadar, dia telah jatuh terlalu dalam.
Jatuh.
Jatuh pada orang yang salah.
Orang yang sangat sangat menyakitinya, lalu dengan tega meninggalkannya bagai bangkai manusia di pinggir jalan.
Sangat.
Sungguh. Rasanya sungguh sakit.
Bagai ribuan pisau belati yang menghujam jantung dan tubuhnya.

Ia sungguh tersiksa.
Ini antara cinta yang terlalu dalam atau sakit yang terlalu dalam.
Jika dunia bisa menghitung kedalaman samudera,
Gadis ini terlalu bodoh untuk mengukur kedalaman cintanya. Bukan! lebih tepatnya kedalaman sakitnya.
Jika dunia bisa menentukan lubuk dan palung laut,
sayangnya gadis ini terlalu bodoh untuk menentukan sedalam mana kasihnya.
Jika ada sesuatu yang lain yang lebih dalam dibandingkan dengan sebuah palung, mungkin gadis itu akan memilih itu untuk menentukan sedalam apa kasih dan sakitnya.

                   Jadi biarlah sudah.
                   Gadis ini hanya ingin berlari.
                   Berlari untuk membawa lukanya pergi.
                   Berlari untuk menepi dari kesunyian hati.
                   Berlari menanggung pedih peri sendiri.

Atau mungkin gadis ini akan menyelam ke dalam samudra terdalam.
Mencari yang lebih dalam daripada sebuah palung.

Agar disana ia bisa mengubur semua lukanya dan pergi untuk selamanya.

Wednesday, June 17, 2015

Mimpi Yang Kedua

Jadi malam itu aku terbangun.
Dengan hati yang ngilu dan tubuh yang demam.
Masih setengah percaya apa yang telah terjadi beberapa jam yang lalu.

Dimana air mata mengalir disaat teman-teman yang lain tertawa bertukar canda.

Haha mungkin dari awal keputusanku yang salah.
Memutuskan untuk memilih orang yang salah,
dan memutuskan untuk mulai menyayanginya.

BULLSHIT!
Apa yang dulu dia katakan seharusnya tak membuatku terbuai dengan angan-angan palsu.

Andai waktu bisa diulang, dan aku bisa meminta pada Tuhan, maka aku meminta dengan sangat untuk tidak pernah dipertemukan dengan orang itu.

Dan sekarang aku terbangun lagi.
Dan membuat keputusan lagi,
untuk menutup pintu rapat-rapat, sampai ada orang benar yang berani mendobraknya.
Agar aku tak jatuh dan merasakan sakit lagi.

Kisah tinggalah hanya sebuah kisah. 
Biar kisah nanti kujadikan pelajaran dan anugerah.

"WE MET FOR A REASON, EITHER
YOU WERE BLESSING OR A LESSON"


Sunday, June 14, 2015

Mimpi Yang Pertama

Malam itu yang kulihat hanya kelabu.
Kabut lembab memenuhi taman itu.
Entah apa yang membawaku kemari
Aku mulai menyusuri jalan setapak

Langkah demi langkah mulai kulalui
Hingga lamat-lamat ku melihat ada bangku taman di ujung sana.
Mulai lagi ku terjang kabut yang menyelimuti.
Hawa semakin dingin,
Nampaknya hanya aku sendiri di taman ini.

Dingin, pekat, mencekam.
Tiga kata yang mampu mendeskripsikan taman ini, juga mendeskripsikan seseorang.
Seseorang yang ternyata duduk di taman itu. 
Sungguh, dia bukan hantu atau roh halus lainnya.
Tapi aku juga tidak yakin bahwa dia manusia.

Kakinya menapak ke tanah, namun rambutnya kusut masai.
Penampilannya semrawut dan pandangannya kosong.
Air mata setengah kering terlihat jelas di pipinya.
Entah apa yang dilakukan orang itu malam-malam begini.

Semakin ku dekati, ternyata dia seorang gadis.
Ku coba menepuk pundaknya, namun aku merasa bahwa tanganku tak bisa menyentuhnya, apalagi menggapainya.

Jadi aku hanya memandangnya dari jarak yang tak terlalu jauh ini.

Entah berapa lama aku berdiri disini memandangi gadis itu.
Hingga ku dengar ia berbicara dengan lirih dan mulai meneteskan air mata lagi.
Tahu tidak apa yang dia bicarakan?

"Tolong tetap disini, jangan pergi. Tak ingatkah kau pertama kali kita bertemu saat kau menjemputku di depan taman ini?"

Ku lihat air matanya kembali mengalir dengan deras.
Aku bertanya-tanya siapa yang dia maksudkan, hingga dia berkata lagi,

"Di manakah kau saat ini? Sadarkah setiap hari aku menunggumu disini, berharap kau menjemputku dan membawaku pulang ke rumah hangat itu?"

Tak kuasa ku melihat air mukanya.
Ingin rasanya bertanya dimana gadis itu tinggal, dan mengantarnya pulang.
Saat ku coba melangkah, langkahku terhenti karena gadis itu berkata lagi,

"Namun ya, aku lupa. Dimana aku harus pulang, jika kaulah satu-satunya rumah bagiku? Aku ingin pulang. Hanya ingin pulang padamu dan bersamamu."

Mendengar kata-kata gadis itu, aku melangkah mundur, ku coba membalikkan badan dan mulai berlari, sungguh, aku tak kuasa menahan air mata.
Aku terantuk batu.
Aku mulai kesakitan
Aku semakin menangis
dan aku mencoba untuk bangun

Bangun.

Bangun dari tidurku
Mulai menyadari semuanya,
dan dengan air mata yang juga terasa hangat mengalir di pipi.

Gadis itu AKU. AKU.

Permulaan

Semuanya dimulai dari sini.........
Well, gue pelajar SMA, sekarang naik kelas 2, lagi liburan, dan gue bingung mau ngapain liburan kali ini.
Jadi mungkin gue bakal sering-sering ngepost something di blog ini.
Ya, kadang yang bisa gue ekspresiin sih puisi-puisi or cerita-cerita aja.
Puisi nya ga bakal sekeren dan sedalem Chairil Anwar dkk sih, puisi gue itu bebas, padat dan ga jelas.. hahah
tapii yaaaaa intinya itu curahan hati gue, apa yang gue rasain.

Ok, mungkin readers menganggap gue remaja ababil yang sok-sokan dewasa, hahaha emang iya sih.
Semuanya kan butuh proses heheheh
jadiii yaa, ini permulaan, gue bakal berusaha buat cerita semuanya. apa yang gue alamin dan rasain. 

Selamat menikmati:)

dipikir makanan hahhah